Berkumpul di Rumah Nenek

Foto ini diambil saat berada di Rumah Eyang di Wonosari (pulang kampung di tahun 2010.)

This is default featured post 2 title

Foto ini diambil saat saya dan teman sekelas saya melakukan kegiatan Outbound di Desa Pelita, Ciseeng, kota Bogor. Pada tanggal 4 April 2013

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

السبت، 12 أكتوبر 2013

Islam Itu Indah



Islam adalah agama Allah ‘Azza wa Jalla yang sempurna dan penuh petunjuk. Tak satu agama pun yang diridhoi-Nya selain Islam. Kemulian, keindahan, keagungan dan segala sifat yang terpuji telah menjadi cahaya Islam yang tidak akan sirna hingga hari kiamat. Betapapun kebencian orang-orang yang anti terhadapnya, namun Islam tetaplah Islam, kemulian dan keagungannya akan tetap menghiasinya walaupun musuh-musuh Allah berusaha untuk memadamkan kemilaunya, walaupun orang-orang munâfiqûn tak kenal letih dan tiada kehabisan akal dalam mendatangkan makar di tengah kebesarannya, dan walaupun segelentir penganutnya –sadar maupun tak sadar- telah mencoreng dan merusak keindahannya di mata manusia.
Ingatlah bahwa Allah Jalla Jalâluhu telah menegaskan,

“Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.” (QS. Ash-Shof : 8-9)
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-Fath : 28)
“Mereka (ornag-orang munâfiqûn) berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS. Al-Munâfiqûn : 8)
Dan patut untuk diketahui bahwa akan tetap ada dari ulamanya yang akan membela dan menampakkan kebenarannya hingga hari kiamat. Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Terus menerus ada sekelompok dari umatku yang mereka tetap nampak diatas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka hingga datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu.” [1]
Dan ingatlah, akan tetap ada yang akan tampil dari ulamanya guna menjawab segala tuduhan, menepis segala syubhat (kerancuan, kesamaran) dan menghancurkan seluruh makar musuh-musuhnya. Sebagaimana dalam sabda Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam,

يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ

“Ilmu (agama) ini akan disandang -pada setiap generasi- oleh orang-orang adilnya. Mereka menepis darinya tahrîf (perubahan, pembelokan) orang-orang yang melampaui batas, jalan para pengekor kebatilan dan takwîl orang-orang jahil.” [2]
Untuk memandang sedikit dari keindahan Islam itu dan untuk menghirup semerbak kewangiannya, kami mengajak para pembaca untuk memperhatikan beberapa prinsip penting dalam syari’at Islam berikut ini.

[1] Hadits Mutawâtir. Riwayat Al-Bukhâri, Muslim dan selainnya. Dilihat takhrijnya dalamSilsilah Al-Ahâdîts Ash-Shohîhah no. 270, 1955-1962 karya Imam Al-Albânyrahimahullâh. Dinyatakan mutawâtir oleh Ibnu Taimiyah dan selainnya. Baca Nazhmul Mutanâtsir Min Al-Ahâdîts Al-Mutawâtir hal. 151 karya Al-Kattâny.
[2] Diriwayatkan oleh sejumlah shahabat radhiyallâhu ‘anhum, dan ia adalah hadits yang kuat dari seluruh jalannya. Baca Bashâ`ir Dzawi Asy-Syaraf bi Marwiyyât Manhaj As-Salaf hal. 111-114 karya Salîm Al-Hilâly.

Hukum Seseorang Masuk Islam setelah Ramadhan Berlalu Beberapa Hari



Tanya : Jika seseorang masuk Islam setelah berlalu darinya beberapa hari dari bulan Ramadhan, apakah dia dituntut untuk mengganti puasa di hari-hari yang dia lewati sebelum Islam. Artinya bulan Ramadhan yang disitu dia masuk Islam?
Jawab : Orang ini tidak dituntut untuk berpuasa di hari-hari yang telah lalu di bulan Ramadhan tersebut karena dahulu ia seorang yagn kafir. Dan orang kafir tidak diperintahkan atau dituntut untuk mengganti apa-apa yang luput darinya dari amalan-amalan shalih. Berdasar firman Allah Ta’ala :

“Katakanlah kepada orang-orang kafir, jika mereka berhenti (dari kekafirannya), pasti Allah akan mengampuni mereka atas dosa-dosa mereka yang telah lalu.”
Dan juga dikarenakan dahulu para shahabat yang masuk Islam di zaman Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam dan beliau tidak memerintahkan meraka untuk mengganti apa yang luput dari mereka. Seperti puasa, shalat, dan zakat. Akan tetapi, di kala masuk Islam di siang hari bulan Ramadhan wajibkah baginya untuk berpuasa selebih waktunya (hingga terbenam matahari), dan mengganti puasanya tersebut? Atau dia hanya berpuasa di waktu selebihnya tanpa harus menggantinya? Ataukah tidak wajib baginya berpuasa di waktu selebihnya dan mengganti puasanya?
Dalam permasalahan ini ulama berbeda pendapat. Adapun pendapat yang paling kuat adalah wajib baginya untuk berpuasa selebih waktunya hingga matahari terbenam tanpa harus menggantinya. Diwajibkan baginya puasa karena ia telah menjadi orang yang diwajibkan puasa dan tidak diwajibkan untuk menggantinya karena sebelum itu bukan termasuk orang-orang yang diwajibkan puasa (masih kafir-red). Sama halnya seperti anak kecil, jika dia telah baligh di siang hari maka wajib baginya untuk terus menahan (puasa) dan tak wajib baginya untuk mengganti menurut pendapat yang kuat dalam masalah ini.

Kesopanan Berbahasa Mencerminkan Tingkat Peradaban Seseorang

       



          Berbahasa seringkali dianggap bisa mencerminkan tingkat kesantunan seseorang. Orang yang lemah lembut dalam bertutur kata akan terlihat lebih berwibawa. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali dalam berkomunikasi, kita terbawa bukan oleh penampilan lawan kita dalam berkomunikasi tetapi lebih sering oleh olah tutur lawan kita dalam berbahasa. Seburuk apapun penampilan seseorang bila yang bersangkutan sudah berdialog dengan kita maka secara tidak langsung anggapan kita terhadap orang tersebut akan berubah begitu kita mendengar cara bertutur katanya.

   Dalam bertutur kata baik diksi maupun cara penyampaiannya memang bisa kita tebak,walaupun tidak mutlak, bagaimana perilaku orang tersebut bertindak dan berperilakusehari-hari. Orang yang sering berkata kasar tentunya akan membawa anggapan pada orang yang mendengarkannya bahwa orang tersebut sering bertindak kasar dan sering menghalalkan segala cara. Demikian juga sebaliknya, bahwa orang yang cara bertuturnya tertata, runtut serta lemah lembut pembawaannya, bisa dipastikan bahwa orang tersebut adalah orang yang mengerti sopan santun.

     Dalam berbahasa Indonesia pun demikian, walaupun tidak seperti di bahasa daerah kesantunan dalam berbahasa masih bisa kita amati baik itu melalui cara penyampaian maupun cara pemilihan katanya. Sebagaimana bahasa daerah, Bahasa Indonesia pun mempunyai kata kata yang dimaksudkan untuk lebih melembutkan pemaknaan agar tidak terkesan kasar bagi penerimanya. Misalnya, frase “meninggal dunia” lebih sering digunakan untuk menggantikan kata mati atau wafat. Begitu pula kata diamankan lebih sering digunakan untuk menggantikan kata ditangkap. Itu adalah dua contoh kecil penggunaan bahasa Indonesia yang sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.

        Bagi penggunanya, dua contoh di atas bukan dimaksudkan untuk memanipulasi arti atau maksud dari pesan yang disampaikan namun semata-mata untuk lebih melembutkan kesan yang diterima oleh penerima pesan agar lebih tenang menyikapinya. Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan seseorang yang diberitahu bahwa kerabatnya atau teman dekatnya telah mati dengan kata kata “ maaf istrimutelah mati “ tentu perasaan orang tersebut akan lebih campur aduk dalam menyikapi pesan yang disampaikan. Tentu akan lebih menyejukkan apabila pemberitahuan itu disampaikan dengan cara “ ibu dari anak anakmu telah meninggal dunia, kami turut berbela sungkawa”.

       Sudah banyak contoh yang bisa kita amati baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui media elektronik) bahwa orang – orang yang terkenal santun perilakunya, dalam setiap penampilannya, hampir dipastikan akan selalu terlihat tenang cara bertutur katanya serta baik pemilihan katanya.

        Dalam berbahasa kita memang dituntuk untuk berbahasa secara benar dan tepat namun bersopan santun dalam berbahasa pun harus diperhatikan agar persepsi penerima pesan yang hendak kita sampaikan tidak negatif terhadap kita. Dengan berbahasa yang sopan, baik, dan benar bisa memcerminkan siapa kita sesungguhnya apakah kita termasuk orang yang beradab atau orang tak beradab.